Something Implied
Jumat, 16 Januari 2015
Senin, 14 Juli 2014
Happy birthday to you, sweethearts.
I don't need to wait five till ten years more to say "I miss you so much", 'cause now I miss you already. I miss you already.
Happy fourteenth of July, 3rd batch. Dear 3rd, 3 tahun bukan waktu yang singkat, 3 tahun seatap bareng, tidur bareng, makan bareng, pulang pergi bareng, berjuang bareng, nangis dan ketawa bareng, masih banyak hal hal lain yang kita lewatin bareng dan aku gabisa sebutin, mungkin juga lupa karena saking banyaknya. Masih inget inagurasi kita 3 tahun yang lalu? diklat angkatan kita? solo camp kita? class meeting kita? senior trip kita? kelulusan kita? wisuda kita? semua itu kita lewatin bareng bareng, tapi yang paling penting adalah kita akan sukses jadi orang orang besar nantinya, bareng bareng mimpin Indonesia, iya kan? :)
Aku sempat ngebayangin 10 sampe 20 tahun lagi Indonesia ada ditangan kita, future leaders. Bisa jadi nanti kandidat capres cawapres anak anak SA, nah kan jadi debat sama temen sendiri, gapapa asal gaada black campaign ya, sempet ngebayangin kita duduk di kursi kursi kementrian, DPR, MA, MPR. Sempet ngebayangin kita sama sama berdiriin satu foundation dan jadi donatur di foundation tersebut, ngebantu anak anak muda seperti kita dulu dibantu sama PSF. Jadi pakar pakar ekonom, hukum, teknisi dll. Semoga itu ga cuma angan angan ya, tapi bisa jadi kenyataan. Nah.. kayanya omonganku udah terlalu kejuahan ya hehe.
Terus kejar impian kalian teman teman, semoga nanti kita bisa jadi orang orang hebat yang banyak memberikan kontribusi untuk bangsa dan negara dan dikenang dengan baik oleh masyarakat luas. Now time to say, Happy 3rd Anniversary 3rd batch. Last long sampe nenek kakek buat persaudaraan kita. Terimakasih sudah berbagi dan mengajarkan banyak hal.
Happy fourteenth of July, 3rd batch. Dear 3rd, 3 tahun bukan waktu yang singkat, 3 tahun seatap bareng, tidur bareng, makan bareng, pulang pergi bareng, berjuang bareng, nangis dan ketawa bareng, masih banyak hal hal lain yang kita lewatin bareng dan aku gabisa sebutin, mungkin juga lupa karena saking banyaknya. Masih inget inagurasi kita 3 tahun yang lalu? diklat angkatan kita? solo camp kita? class meeting kita? senior trip kita? kelulusan kita? wisuda kita? semua itu kita lewatin bareng bareng, tapi yang paling penting adalah kita akan sukses jadi orang orang besar nantinya, bareng bareng mimpin Indonesia, iya kan? :)
Aku sempat ngebayangin 10 sampe 20 tahun lagi Indonesia ada ditangan kita, future leaders. Bisa jadi nanti kandidat capres cawapres anak anak SA, nah kan jadi debat sama temen sendiri, gapapa asal gaada black campaign ya, sempet ngebayangin kita duduk di kursi kursi kementrian, DPR, MA, MPR. Sempet ngebayangin kita sama sama berdiriin satu foundation dan jadi donatur di foundation tersebut, ngebantu anak anak muda seperti kita dulu dibantu sama PSF. Jadi pakar pakar ekonom, hukum, teknisi dll. Semoga itu ga cuma angan angan ya, tapi bisa jadi kenyataan. Nah.. kayanya omonganku udah terlalu kejuahan ya hehe.
Terus kejar impian kalian teman teman, semoga nanti kita bisa jadi orang orang hebat yang banyak memberikan kontribusi untuk bangsa dan negara dan dikenang dengan baik oleh masyarakat luas. Now time to say, Happy 3rd Anniversary 3rd batch. Last long sampe nenek kakek buat persaudaraan kita. Terimakasih sudah berbagi dan mengajarkan banyak hal.
Kamis, 05 September 2013
Kamis, 29 Agustus 2013
Now you see my life is so much better
#Galleries share
I used to believe that true friend make no sense, but I was wrong. They're my true friends. Maulita & Monica. They taught me what a true friend defined.
I love you Cha.... thanks for anything. To be happy is a must for me. things that you need to know. Aku seneng kamu jadi roomateku. Kamu yang selalu ngingetin aku buat sholat 5 waktu, yang ngebangunin aku buat tahajud, ngajak puasa dan sahur bareng. Yang selalu ngajak aku buat optimis, yang selalu sebel kalau lihat aku cemberut. Kita harus sukses bareng.
And from that moment I swear... we're infinite :)
Jumat, 05 Juli 2013
Mengoles Orientasi Pendidikan Ibu Pertiwi Menjadi Dambaan Insan Muda
“School
prepares you for the real world... which also bites.” - Jim Benton
" Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa "
Pagi yang penuh semangat, siluet sang mentari di kampung halamanku mulai menampakkan dirinya. Aku dan
harapanku tersenyum tulus melihat Sang Garuda gagah melintas diatas kibaran
Merah Putih, identitas bangsaku. Indonesiaku,
negara archipelago terindah beserta
zamrud khatulistiwanya yang menawan. Lantunan Bangun pemudi pemuda pun menjadi
pengingat yang sempurna bahwa aku terlahir di tanah air ini bukan untuk berdiam
diri. Pahlawan pahlawan yang telah gugur, menitipkan Indonesia dipundakku,
pundakmu, pundak kita bersama, seutuhnya, para Insan muda.
Aku sama sepertimu, seperti
kalian, remaja yang sedang menuntut ilmu. Panggil saja aku pemilik
harapan tinggi. Aku ingin bertemu Presidenku, untuk menyampaikan angan anganku
membangun Indonesia. Aku ingin bertemu dengan Sri Mulyani, untuk memotivasiku
menjadi wanita karir yang sukses, aku ingin bertemu Dahlan Iskan agar
antusiasme beliau yang tak pernah pudar bisa menular padaku. Namun, aku sadar
untuk bertemu orang orang hebat tersebut, aku harus menjadi orang hebat pula. Untuk
menjadi orang hebat, aku tak mungkin tak menuntut ilmu. Pagi ini aku harus bangun dari
mimpi indahku, mewujudkannya menjadi nyata. Dan aku berharap pada
sekolahku, tempat yang selalu aku banggakan, tempat yang
menjadi kepercayaan oleh kedua orang tuaku dan tempat yang akan menuntunku
menjadi sosok yang berguna bagi nusa dan bangsaku. Sekolah Dambaanku.
Mengoles Orientasi Pendidikan Ibu Pertiwi Menjadi Dambaan Insan Muda
Kualitas
sumber daya manusia dapat dilihat dari pendidikan yang ditelaah. Dewasa kini,
pemerintah telah menyediakan banyak sekali sarana untuk mengenyam pendidikan,
salah satunya dengan membangun gedung gedung sekolah secara merata agar seluruh
insan generasi muda bisa mewujudkan impian dininya. Namun sayang, tidak semua
sekolah mampu memberikan kontribusi kontribusi terbaik seperti apa yang anak
anak didik dan masyarakat dambakan karena keterbatasan Indonesia sebagai negara
yang masih berkembang. Sebenarnya bicara tentang sekolah dambaan merupakan hal
yang klasik, namun dambaan yang bagaimana yang sesungguhnya diidam
idamkan oleh para siswa dan orang tua mereka?
Sebagai
remaja yang berperan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah, tentunya
kita membutuhkan atmosfer belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.
Atmosfer tersebut tak hanya terpacu pada lingkungan sekolah, namun juga pada
sistem pendidikannya, gurunya, interaksi sosialnya dan banyak hal hal penting
lainnya yang menjadi aspek keberhasilan suatu sekolah dalam mencetak pemimpin
pemimpin bangsa di waktu mendatang.
Menurut
saya, sekolah dambaan tidak dilihat dari kuantitas peminat yang melonjak tinggi
di tiap awal ajaran baru, namun lebih pada proses bagaimana anak didik merasa
bersemangat dalam menggali ilmu disekolah,berkumpul dengan teman temannya,
paham akan materi yang diterima, terbuka dengan guru guru dan lingkungan
sekitar dan masih ada hal hal apik lainnya yang membuat mereka seolah olah tak
sabar untuk pergi ke sekolah setiap harinya. Tentu saja kriteria sekolah
dambaan dapat dilihat bagaimana sumber daya yang ada didalamnya, mulai dari hal
yang intern hingga extern.
1. Peran Guru Sebagai Suri Tauladan Siswa
Kerap
kali saya menemukan beberapa anak yang malas atau bahkan membenci salah satu
mata pelajaran dengan alasan ketidakcocokan dengan sang Guru. Disini Guru
memegang andil penting untuk memantau perkembangan siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Lalu, bagaimanakah kriteria guru yang bisa merangkul
siswa siswinya? Guru yang bisa mengambil hati para siswa siswinya
adalah guru yang bisa memposisikan dirinya sebagai teman peserta didik. Guru
dimana beliau tidak asal memberikan materi untuk para siswa siswinya, tapi juga
berpikiran terbuka bagaimana agar para siswa siswinya mampu dengan mudah
menelaah pelajaran yang diajarkan. Guru yang membawa atmosfer nyaman bagi siswa siswinya.
Namun perlu diperhatikan, diluar hubungan psikis antara Guru dan anak didik,
kurikulum dan kualitas guru juga sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar
mengajar. Pengalaman saya beberapa tahun belakangan ini, beberapa kali saya tidak
cocok dengan guru karena alasan sumber daya guru yang kurang memuaskan. Perlu
kita ketahui bahwa di Era yang semakin maju ini, banyak remaja yang memiliki pemikiran
terbuka lebih luas dibanding orang tua, ada pula kalanya peserta didik lebih
menguasai materi dari pada sang guru, bukan berarti sang guru tertinggal
dari peserta didiknya, hanya saja pelajar proaktif saat ini memang senang untuk mengembangkan
lebih luas apa yang telah dia pelajari. Semisal, peserta didik menjawab A,
namun sang guru menjawab B, keduanya sama sama keukeuh dengan jawaban masing
masing, dari sinilah terkadang timbul ketidakcocokan tersebut. Satu satunya
solusi yang bisa ditawarkan adalah keterbukaan antara siswa dan guru untuk
saling berbagi ilmu dan informasi.
Lalu
bagaimana dengan kurikulum pembelajaran peserta didik? Kurikulum dan kualitas
sumber daya guru bagaikan tutup dengan botolnya, keduanya saling melengkapi.
Sebagus apapun kurikulum yang tercanangkan, tidak akan bisa diaplikasikan
secara maksimal jika kualitas guru kurang mendukung, sebaliknya kurikulum yang
kurang apik bisa didukung oleh sumber daya guru yang berkualitas. Lalu
bagaimanakah sejatinya guru yang baik itu? Guru yang baik dan menjadi dambaan
setiap siswa adalah Guru yang memiliki karakter, yang memiliki kekreatifitasan
tersendiri dalam mentransferkan ilmunya kepada siswa siswinya, yang
mengutamakan kualitas pendidikan bagi para peserta didiknya, kaya akan
pengalaman untuk memotivasi murid muridnya, beretika baik, menjaga nilai dan
norma baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya dan tentunya inovatif. Kita tidak hanya butuh sosok guru yang bisa mengajar, namun juga mendidik.
2. Fasilitas dan Lingkungan Sekolah sebagai Pro Globalisasi di Bidang Pendidikan
Globalisasi
kini semakin mendunia, berbagai bentuk kecanggihan tekhnologi pun telah
menjalar di berbagai negara berkembang. Banyak kita temui di Indonesia sekolah sekolah mewah dengan fasilitas yang sangat lengkap
dan menggiurkan. Disisi lain,
banyak pula kita jumpai sekolah
sekolah tertinggal dan tak layak untuk dijadikan tempat belajar. Semasa saya duduk di bangku SMP, saya benar benar mendapatkan
fasilitas yang sangat mendukung antusiasme belajar saya. Ada 2 AC disetiap
kelas, 1 televisi, LCD
permanen, Wi-fi
dengan koneksi yang cemerlang, dan tempat duduk yang dilapisi sofa, semua itu
membuat saya betah mengikuti pelajaran di sekolah. Fasilitas memang berpengaruh
dalam kelangsungan pembelajaran siswa, namun fasilitas yang lengkap dan canggih
tidaklah menjadi hal utama yang harus dititik beratkan oleh setiap unit sekolah.
Asalkan kebutuhan paling dasar seperti adanya bangku dan meja sekolah, papan
tulis, alat alat kebutuhan guru dan siswa terpenuhi, maka sistem KBM akan
berjalan dengan baik. Adanya AC, televisi dan gadgets mewah
lainnya yang tidak terlalu dibutuhkan hanyalah sebatas bonus suasana yang
menambah kenyamanan siswa. Sia sia belaka jika sekolah telah menyuguhkan
fasilitas lengkap nan canggih jika belum bisa menarik tinggi minat belajar
siswa, hal ini justru harus memotivasi siswa siswi agar lebih maju dalam belajar
karena telah tersedianya sarana dan prasarana yang apik nan memadai.
Lalu
bagaimana dengan Lingkungan sekolah? Aspek ini juga memerankan peran penting
dalam kelangsungan belajar siswa. Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari
lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Saat ini banyak
sekolah yang sedang berlomba lomba meraih title “Sekolah
Adiwiyata” dengan melatar belakangi terciptanya pendidikan lingkungan sekolah
yang sehat dan demi mutu kenyamanan siswa dalam belajar, hal ini termasuk prestasi luar biasa yang bisa diraih pihak sekolah. Siswa memang perlu
ketenangan dan keindahan agar bisa menikmati proses penyerapan ilmu, hal ini
juga bisa diwujudkan dengan cara pihak sekolah memberikan hak otonomi kelas kepada
anggota kelas untuk men-design kelas
mereka sesuai dengan masing masing yang mereka inginkan, upaya lain yang bisa
dilakukan diluar kelas adalah dengan sosialisasi mengenai kesehatan sekolah dan gerak langsung pada kepedulian lingkungan sekolah,
seperti menanam banyak tanaman, tersedianya sumur resapan air, tempat pembuangan
sampah dengan membaginya menjadi sampah organik dan sampah anorganik, bangunan
sekolah yang kokoh dan sehat dan yang tak kalah penting adalah letak sekolah
yang strategis.
Lanjut
pada pembahasan lingkungan sosial sekolah. Usia 9-17 tahun merupakan usia labil
dimana anak mudah sekali terbawa suasana sekolahnya. Sangat mudah bagi siswa
siswi dalam usia belasan tahun untuk terbawa dalam arus buruk. Maka dari
itu, pelajaran Self-Control
seperti program The
Leader In Me dan 7 Habits sangat
cocok untuk dicanangkan agar siswa siswi bisa mengaplikasikan dan mendapatkan
aura positif dalam lingkungan sosial sekolahnya. Pada dasarnya, prestasi
belajar tidak hanya diraih karena giatnya anak belajar dan pemahaman materi
yang matang, namun kondisi lingkungan sekolahnya yang mendukung. Lingkungan
sekolah yang nyaman, bersih dan baik dapat mendukung tumbuh kembang anak secara
optimal.
3. Hubungan Guru dan Orang Tua akan Perkembangan Anak Didik
Aspek ini sangatlah penting untuk memantau perkembangan anak disekolah. Orang tua harus memiliki kesadaran tinggi untuk mengetahui keadaan putra putrinya dalam bergaul disekolah, bagaimana sikap dan perilaku putra putri mereka diluar rumah, diluar pengawasan dan didikan orang tua dengan cara menjaga komunikasi dengan sang guru. Terlebih lagi jika orang tua mempunyai putra atau putri yang diasramakan. Seperti saya contohnya, sudah 2 tahun saya menjadi siswa asrama, saya beruntung karena disekolah dan asrama saya mengadakan adanya House System, dimana disetiap house yang terdiri dari 16 hingga 17 siswa mendapatkan 1 students advisor yang memantau keadaan kami setiap minggunya, orang tua saya dan orang tua teman teman saya pun juga tak jenuh jenuh untuk menanyakan kondisi kami kepada students advisor kami. Jika memungkinkan, sistem seperti ini bisa pula diaplikasikan disekolah lain.
4. Keanekaragaman Ilmu Pengetahuan
Indonesia tidak saja
dikenal dengan potensi akademiknya, namun potensi non akademiknya pula.
Beragamnya mata pelajaran di potensi akademik misalnya, mulai dari kelas Ilmu
Pengetahuan Alam, Kelas Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kelas Bahasa semuanya pasti
pernah kita pelajari secara umum. Sayangnya, ketika memasuki jenjang SMA, kita
tidak bisa memiliki 3 kelas tersebut secara bersamaan. Ada sekat sekat yang
membatasi sehingga satu siswa hanya diperbolehkan mengambil satu kelas dengan
alasan agar siswa bisa lebih fokus terhadap bidang yang akan digelutinya sesuai
dengan profesi yang akan diambilnya di waktu mendatang nanti. Sebenarnya saya
sedikit kurang setuju dengan penjurusan yang dianut oleh banyak sekolah saat
ini, hal ini sama saja dengan membatasi minat siswa dalam belajar. Dengar
dengar, ditahun ajaran baru 2013/2014 nanti, Pemerintahan Indonesia telah
menunjuk beberapa sekolah agar menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS)
untuk diaplikasikan. Saya rasa tindakan pemerintah kali ini sudah sangat tepat,
SKS sangat sesuai dengan kebutuhan pendidikan remaja di Indonesia, pasalnya
dengan memberlakukan SKS siswa/i bisa mengambil mata pelajaran yang digemari,
siswa/i juga lebih mudah untuk menyesuaikan bakat dan passion yang
dimiliki, sehingga fokus mereka bisa pula terarahkan dengan baik tanpa adanya
hal yang memaksa atau mengikat.
Lalu bagaimana dengan
potensi non-akademik di Indonesia? Saya senang bisa bersekolah di SMAN 10
Malang (Sampoerna Academy), disekolah ini menyuguhkan ekstrakulikuler yang
sangat beragam yang biasa kita sebut dengan L2L (Learning To Live),
L2L disekolah saya dibagi menjadi 4 macam, yaitu Personal Well Being (Learning to Live yang fokus di bidang olahraga), Creativity and Art (Learning to Live yang fokus di bidang seni
dan kreativitas siswa), Global Citizenship (Learning to Live yang bersifat pada isu
global seperti program pelestarian lingkungan, dan yang peduli pada kebudayaan
bangsa seperti GEC (Green Earth Community)) dan Community Service. Semua ekstrakulikuler yang disajikan sangat menarik, yang
paling menggugah hati adalah kegiatan Community Service yang
kami selenggarakan setiap hari Sabtu. Comunnity Service,
yakni Learning to Live
yang notabene
pada pengabdian masyarakat di beberapa tempat Community Service,
misalnya memberikan pelajaran di TK dan sekolah dasar, membantu para lansia di
panti jompo, belajar bersama dengan komunitas anak jalanan, membantu di Dinas
Kebersihan dan Kepolisian, membantu di Panti Anak Cacat maupun Panti Asuhan
lainnya. Melalui Community Service,
kita bisa menyalurkan ilmu yang telah kita peroleh kepada masyrakat sebagai
kontribusi dari hasil belajar kami di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy).
Dengan Ekstrakulikuler pula lah, terjawab solusi atas adanya pembatasan belajar
siswa karena adanya penjurusan, bagaimana bisa? Contoh saja, Siswa A adalah anak
IPA, jika dia ingin mendalami ilmu akuntansi, dia bisa mengikuti
ekstrakulikuler akuntansi diluar jam pelajaran yang mana siswa bernama A sendiri
tidak mendapatkannya. Pada dasarnya, mata pelajaran yang berkualitas tidak
hanya terpacu pada hal akademik, namun juga non-akademik. Dengan begitu
kepintaran siswa/i akan seimbang dengan apik dimata para pendidik dan
masyarakat.
5. Tugas dan Pekerjaan Rumah
Aspek ini sering kali dielu-elu kan oleh banyak siswa. Sebagai remaja yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah atas, tentu saya pun tau bagaimana rasanya hidup dengan banyak deadline deadline tugas yang mengejar, yang mana menuntut saya untuk memiliki manajemen waktu yang baik. Tugas dan PR adalah salah dua bentuk yang digunakan guru sebagai parameter berhasil atau tidaknya siswa memahami suatu materi. Tapi, bagaimana jika tugas dan PR hanya menjadi beban bagi para siswa? Sekarang mari kita simak sekilas tentang salah satu negara yang terletak di ujung benua Eropa yaitu Finlandia. Finlandia dinobatkan sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik. Apa yang menyebabkan Finlandia begitu sukses dalam men-setting sistem pendidikannya? Finlandia menggratiskan biaya pendidikan, tidak adanya seragam dan UN, hingga suasana belajar yang tergolong santai dan informal. Namun alasan yang paling menonjol adalah tidak diberlakukannya PR dan minimalisasi tugas, sehingga para pelajar bisa memiliki waktu lebih banyak untuk fokus mendalami materi yang mereka terima, selain itu pelajar juga punya banyak waktu untuk mengekspresikan diri mereka terkait dengan bakat dan hobi mereka diluar pelajaran, itulah mengapa banyak siswa siswi yang ekspresif dan berkompeten disana.
Namun, kita harus menoleh lagi pada keadaan negara, jika
Indonesia mengadopsi sistem pendidikan Finlandia, maka hal ini akan sedikit
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia mengingat sistem pendidikan di
Indonesia begitu formal, terorganisir, dan sedikit otoriter. Ada tipe anak yang
senang ketika mendapat tugas dan PR, namun ada pula yang jengkel karena tugas
dan PR hanya menghambat waktu untuk mengerjakan hal hal lain yang bisa jadi
lebih mendesak, Disini guru juga harus paham betul akan kondisi siswa,
selalu ada alasan mengapa siswa enggan untuk mengerjakan PR. Menurut saya
pribadi, sangat tidak ada salahnya jika guru memberikan tugas dan PR asal tetap
mempertimbangkan jumlah tugas dan PR yang akan diberikan. sekolah harus
menghindari pemberian tugas dan PR yang berlebihan, pahami kondisi dan
kebutuhan siswa siswi pula. Selain itu guru perlu meningkatkan apresiasi akan
tugas dan PR yang telah siswa kerjakan. Sering kali guru memberikan banyak
sekali tugas dan PR namun diakhir tugas dan PR tersebut hanya sekedar mendapat
paraf tanpa adanya koreksi dan nilai, inilah salah satu alasan mengapa siswa
siswi enggan mengerjakan tugas maupun PR. Guru juga berhak memberikan adanya
konsekuensi bagi siswa yang melanggar tidak mengerjakan tugas maupun PR,
mengadakan refleksi materi dengan pemberian kuis di akhir mata pelajaran, semua
cara tersebut bisa dilakukan untuk memotivasi siswa dan memberikan gambaran
manfaat yang pedagogi akan pemberian tugas dan PR.
6. Interaksi Antar Siswa
Teman adalah alasan kedua mengapa siswa selalu ingin pergi kesekolah diluar alasan pertama, yaitu kewajiban belajar yang mengharuskan siswa setiap hari menginjakkan kaki di sekolah mereka masing masing. Namun, terkadang siswa juga enggan pergi kesekolah karena alasan pertemanan yang tak cocok. Hampir di setiap sekolah pernah terjadi adanya bullying, entah itu antar teman ataupun antar senior junior. Selama 11 tahun saya bersekolah hingga saat ini, tentu saya pernah merasakan kedua sisi positif dan negatif tersebut. Hubungan antar siswa sangat mempengaruhi mental siswa dalam belajar di sekolah. Disini, Badan Konseling memegang peran penting dalam memantau hubungan psikis para murid.
Tak sedikit kita
jumpai suasana kelas ataupun organisasi yang kurang sehat. Kebanyakan jika kita
bersekolah di sekolah favorit, maka yang diterima di sekolah tersebut adalah
siswa siswi pilihan yang hebat. Ketika anak anak hebat saling berkumpul, maka
akan ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama; mereka bisa berkumpul dan
menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan beraura positif, mereka juga
bisa mengkolektifkan ide ide brilian mereka masing masing untuk inovasi inovasi
baru yang sudah jelas berguna. Kedua; kemungkinan timbulnya kompetisi yang
kurang sehat antar siswa karena masing masing dari mereka ingin menjadi yang
terbaik. Kita umpamakan saja anak anak hebat itu adalah bintang bintang yang
bersinar, mereka berlomba lomba memancarkan cahaya, siapa yang cahayanya paling
terang ialah pemenangnya. Kasus seperti ini sangat sangat tidak baik untuk
pertumbuhan mental siswa siswi dalam proses pembelajaran. Siswa/i bisa
melakukan hal apapun untuk meraih gelar yang pertama dan terbaik, mereka bisa
menghalalkan segala cara. Saya sering menjumpai suasanan seperti itu dari SD
hingga sekarang.
Saya salut akan
remaja remaja intelek saat ini yang bisa menyatu tanpa harus disatukan atas
ikatan kelas atau suatu golongan golongan tertentu di sekolah. Pergaulan mereka
sangat luas, karena pada dasarnya keterbukaan sosial mereka juga baik. Mereka
saling membaur dan menciptakan hal hal baru yang positif dilingkungan sekolah
maupun kelas. Toleransi dan solidaritas yang tinggi, saling melengkapi satu
sama lain dan saling menerima telah saya rasakan ketika saya duduk di bangku
SMA kelas 10.
7. Bentuk Ujian Kelulusan
Indonesia perlu menghargai proses yang ada, pemerintah terbiasa merujuk pada hasil akhir ketimbang mengamati proses apa saja yang telah terjadi seiring dengan berjalannya waktu menuju hasil yang akan didapat. Tidak ada salahnya jika Indonesia tetap menggunakan UAN sebagai parameter keberhasilan siswa/i selama belajar bertahun tahun disekolah, namun kalkulasi penggabungan dengan nilai harian siswa harus tetap diperhitungkan. Karena bagaimanapun, apresiasi tetap wajib diberikan kepada siswa siswi sekolah mengingat perjuangan sehari hari mereka menuntut ilmu disekolah. Indonesia perlu berbenah banyak akan standar kelulusan siswa yang mana tidak hanya terpacu pada UAN.
8. Harapan Insan Muda untuk Pendidikan Indonesia
Kurikulum
yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia sudah cukup baik dan ringan untuk dijalankan. Namun,
yang menjadi masalah krusial adalah pemerataan sarana prasarana pendidikan yang
belum menyentuh daerah daerah pelosok, prosentase angka melek huruf yang belum
maksimal dan minat baca masyarakat yang masih rendah. Masih banyak hal yang
harus Indonesia benahi dibidang pendidikan, sebagai siswa proaktif, harapan
saya untuk pendidkan Indonesia ke depan adalah lebih pekanya Pemerintah
terhadap daerah daerah tertinggal untuk memberikan celah kepada anak anak yang
membutuhkan agar lebih termotivasi untuk meraih cita citanya. Pemerintah dengan
bantuan masyrakat pun harus tetap optmis untuk membangun pendidikan Indoesia lebih baik. Orientasi
pendidikan di negeri ini harus sesuai dengan apa yang NKRI amanatkan pada
UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan di Indonesia.
-------------------------
Tak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk yang selalu ingin lebih dan lebih,
jika ditanya bagaimanakah sejatinya sekolah dambaan? maka akan ada banyak versi
jawaban yang terlontarkan. Hal utama yang harus dimiliki pelajar adalah niat untuk belajar. Ketika seseorang telah memiliki niat, sesulit apapun kondisinya, ia akan tetap berjuang.
Ditulis oleh:
Banin
SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy)
@baninmrt
Banin
SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy)
@baninmrt
Langganan:
Postingan (Atom)