Aku adalah senja, sore yang
ternodai warna oranye. Senja yang kau jumpai beberapa waktu sebelum sujudmu.
Aku hanya senja biasa, dicintai, mencintai, dibenci dan membenci. Aku layaknya
kamu, dia dan mereka. Aku membutuhkan sesuatu yang setiap insan butuhkan,
kebahagiaan. Dan bintang, embun pagi, pelangi, hujan adalah jawabannya.
Katanya, jika rindu lihatlah bintang. Nyatanya ketika aku
mencari kenapa masih enggan memunculkan diri?
Katanya, selalu datang di embun pagi. Nyatanya, embun pagi
belum bisa menghangatkanku, justru membuatku menggigil setengah mati.
Katanya, kau pelangi
yang akan muncul setelah hujan, jangankan berharap lebih, musim panas saja
enggan berakhir.
Katanya, selalu tersenyum saat senja. Nyatanya, akulah,
senja yang selalu tersenyum pada alam tanpa sedikit ulasan balas.
Semuanya masih sebatas bayang semu, berjalan di awan, tak
terlihat wujudnya. Tak terasa rasanya. Lalu kapan? Kapan bintang bintang itu
muncul, kapan embun pagi menghangatkan, kapan pelangi mewarnai, kapan hujan
menyejukkan, kapan alam tersenyum?
Apakah harus terhitung setiap
detiknya untuk menunggu, sedangkan secercah tanda kehadiranpun enggan mendekat.
Seakan akan, semuanya masih terbungkus rapi di tangan Sang Dewa. Lalu, siluet
oranyeku tercampur oleh warna suram lainnya, seakan langit dan senjaku terasa tak memberi
kedamaian lagi. Apa yang salah?
Dentingan duka piano seakan selalu
mengiringi, aku ingin petikan gitar yang mengajakku menyanyi, lalu gesekan
biola yang merdu. Semuanya terasa indah dalam mata yang enggan terbuka, dalam
bayang imajinasi. Lalu ketika aku mencoba membuka mataku? Kenapa gelap dan
bising terlihat dan terdengar sebagai paduan yang menyeramkan, kemanakah merah,
jingga, nila dan lainnya?
Andai aku mampu menulis sendiri
alurnya, melukis sendiri cahaya cahayanya maka tak akan ada lagi mutiara
mutiara yang berjatuhan. Andai aku mampu membaca semua hal yang akan terjadi,
maka aku akan pergi di halaman halaman yang menyenangkan. Tapi tidak, aku perlu tahu bagaimana seni arsitektur Tuhan untuk merangkai perjalanan
hidup seseorang. Siklus yang cukup rumit untuk dienyah. Namun, menjadikan
sebuah kompleksitas yang indah untuk dijalani, harga dari pelajaran yang tak
sembarang, tak mampu dibayar oleh siapapun.