Ku pejamkan mata ini, ku tertidur
tanpa lelap tapi ku bermimpi kau jadi milikku. Suaramu tetap bernyanyi, walau
sadar ku kian tak ada namun ku bahagia lagumu milikku. Indah senyumanmu takkan
bisa pudar, makin indah dihatiku walau kusadari cinta yang tak mungkin jadi.
Apapun yang kau citakan, ku akan berjuang dapatkan jika kau bahagia aku semakin
bahagia.
Dan gerimis yang mulai menyentuh
tanah... sempurna memanggil kenangan datang kembali
Pernah ada
dua insan yang dengan sangat saling mencintai. Mereka merasa telah menemukan seseorang
terbaik dihidup mereka. Lelaki itu sungguh sangat bahagia, penantiannya selama
3 tahun membuahkan hasil, sang gadis menerimanya menjadi kekasihnya. Sang gadis
pun merasa ia tak akan pernah mampu
menemukan lagi lelaki seperti sosok yang dimilikinya pada saat itu. Hari terus
berjalan, banyak yang iri dengan hubungan mereka. Sepasang kekasih yang saling percaya, saling menghargai, saling menjaga dan saling
menerima apa adanya. 2 tahun mereka jalani bersama. Hingga hari kelulusan itu
tiba, mereka terpisahkan oleh waktu. Sang gadis melanjutkan nasib masa depannya di luar kota,
sama halnya dengan sang lelaki, ia melanjutkan study nya diluar kota pula namun di kota yang berbeda
dengan sang gadis. Mereka sama sama sakit, sama berkorban dan sama sama
berjuang. Hingga perasaan sang gadis itupun tergoyahkan, banyak hal yang
menghambat hubungan mereka, mulai dari perbedaan status sosial, jarak dan
kesibukan masing masing. Gadis itu mulai lelah akan perasaannya, lalu memutuskan untuk berpisah. Lelaki itu terpukul, tapi apalagi yang bisa diperbuat ketika kebahagiaan orang yang ia cintai
lebih penting dari kebahagiaannya sendiri.
“Dulu, aku takut jika ada lelaki
lain yang jauh lebih bisa menyayangimu dari pada aku. Hingga sekarang kita
memutuskan untuk berpisah, ketakutanku belum terbukti. Aku tidak tau apakah ada
lelaki lain yang bisa memperlakukanmu sebaik apa yang aku lakukan untukmu” Tutur lelaki itu, api unggun serasa menghangatkan dinginnya malam itu, namun embun malam masih saja menetes satu persatu menyemai kesejukannya.
“Aku sangat menyayangimu, maka dari
itulah kebahagiaanmu lebih berarti dari apapun. Terkadang wujud dari mencintai
adalah membiarkan orang yang kita cintai pergi dari hidup kita” lanjut lelaki tersebut, sang gadis hanya terdiam dalam heningnya suasana yang menggetarkan.
“Mungkin aku tidak bisa menjadi apa
yang kamu minta, tapi berjanjilah padaku, berbahagialah dengan orang yang mampu
membahagiakanmu lebih dari apa yang telah aku perbuat untuk membuatmu
tersenyum, jagalah hatimu untuk seseorang yang jauh lebih layak.” Lelaki itu menahan air matanya, 5 menit berlalu tanpa sepatah kata pun dari keduanya, hingga sang gadis mencoba membuka mulutnya, mencoba menuturkan setiap perasaan yang ia rasakan.
“Mungkin api bisa menghangatkan air
dan air pun bisa menyejukkan api, namun Tuhan tidak menciptakan api untuk air
maupun air untuk api, karena jelas keduanya berbeda, tak akan pernah bisa
menyatu. Mungkin itulah kita, dua insan yang pernah saling mencintai, namun
tidak diciptakan untuk saling melengkapi, hanya sempat diberi waktu untuk
saling mengenal” timpal sang gadis, ia menghela nafas sejenak lalu bertutur kembali...
“Ketahuilah, kita sama sama pergi
untuk suatu tujuan yang baik, kita tidak pergi dengan sia sia. Terimakasih
telah memberikan pelajaran yang sangat berharga, terimakasih pernah menjadi
bagian terpenting dalam hidupku. Kejarlah impian terbesarmu yang pernah kau ceritakan padaku” sang gadis tak tahan kuasa menahan air matanya. Kata kata yang terlontarkan dari mulutnya sungguh menyayat perasaannya sendiri.
Lelaki itu hanya tersenyum, sembari mengacak
acak rambut sang gadis untuk yang terakhir kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar