Minggu, 17 Februari 2013

Tuhan tidak menciptakan Air untuk Api.


Ku pejamkan mata ini, ku tertidur tanpa lelap tapi ku bermimpi kau jadi milikku. Suaramu tetap bernyanyi, walau sadar ku kian tak ada namun ku bahagia lagumu milikku. Indah senyumanmu takkan bisa pudar, makin indah dihatiku walau kusadari cinta yang tak mungkin jadi. Apapun yang kau citakan, ku akan berjuang dapatkan jika kau bahagia aku semakin bahagia.

Dan gerimis yang mulai menyentuh tanah... sempurna memanggil kenangan datang kembali
Pernah ada dua insan yang dengan sangat saling mencintai. Mereka merasa telah menemukan seseorang terbaik dihidup mereka. Lelaki itu sungguh sangat bahagia, penantiannya selama 3 tahun membuahkan hasil, sang gadis menerimanya menjadi kekasihnya. Sang gadis pun  merasa ia tak akan pernah mampu menemukan lagi lelaki seperti sosok yang dimilikinya pada saat itu. Hari terus berjalan, banyak yang iri dengan hubungan mereka. Sepasang kekasih yang saling percaya, saling menghargai, saling menjaga dan saling menerima apa adanya. 2 tahun mereka jalani bersama. Hingga hari kelulusan itu tiba, mereka terpisahkan oleh waktu. Sang gadis melanjutkan nasib masa depannya di luar kota, sama halnya dengan sang lelaki, ia melanjutkan study nya diluar kota pula namun di kota yang berbeda dengan sang gadis. Mereka sama sama sakit, sama berkorban dan sama sama berjuang. Hingga perasaan sang gadis itupun tergoyahkan, banyak hal yang menghambat hubungan mereka, mulai dari perbedaan status sosial, jarak dan kesibukan masing masing. Gadis itu mulai lelah akan perasaannya, lalu memutuskan untuk berpisah. Lelaki itu terpukul, tapi apalagi yang bisa diperbuat ketika kebahagiaan orang yang ia cintai lebih penting dari kebahagiaannya sendiri.

“Dulu, aku takut jika ada lelaki lain yang jauh lebih bisa menyayangimu dari pada aku. Hingga sekarang kita memutuskan untuk berpisah, ketakutanku belum terbukti. Aku tidak tau apakah ada lelaki lain yang bisa memperlakukanmu sebaik apa yang aku lakukan untukmu” Tutur lelaki itu, api unggun serasa menghangatkan dinginnya malam itu, namun embun malam masih saja menetes satu persatu menyemai kesejukannya.
“Aku sangat menyayangimu, maka dari itulah kebahagiaanmu lebih berarti dari apapun. Terkadang wujud dari mencintai adalah membiarkan orang yang kita cintai pergi dari hidup kita” lanjut lelaki tersebut, sang gadis hanya terdiam dalam heningnya suasana yang menggetarkan.

“Mungkin aku tidak bisa menjadi apa yang kamu minta, tapi berjanjilah padaku, berbahagialah dengan orang yang mampu membahagiakanmu lebih dari apa yang telah aku perbuat untuk membuatmu tersenyum, jagalah hatimu untuk seseorang yang jauh lebih layak.” Lelaki itu menahan air matanya, 5 menit berlalu tanpa sepatah kata pun dari keduanya, hingga sang gadis mencoba membuka mulutnya, mencoba menuturkan setiap perasaan yang ia rasakan.

“Mungkin api bisa menghangatkan air dan air pun bisa menyejukkan api, namun Tuhan tidak menciptakan api untuk air maupun air untuk api, karena jelas keduanya berbeda, tak akan pernah bisa menyatu. Mungkin itulah kita, dua insan yang pernah saling mencintai, namun tidak diciptakan untuk saling melengkapi, hanya sempat diberi waktu untuk saling mengenal” timpal sang gadis, ia menghela nafas sejenak lalu bertutur kembali...

“Ketahuilah, kita sama sama pergi untuk suatu tujuan yang baik, kita tidak pergi dengan sia sia. Terimakasih telah memberikan pelajaran yang sangat berharga, terimakasih pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Kejarlah impian terbesarmu yang pernah kau ceritakan padaku” sang gadis tak tahan kuasa menahan air matanya. Kata kata yang terlontarkan dari mulutnya sungguh menyayat perasaannya sendiri.

Lelaki itu hanya tersenyum, sembari mengacak acak rambut sang gadis untuk yang terakhir kalinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar