Rabu, 21 Maret 2012

Ibarat Kisah Sepasang Ranting dan Daun

Suatu hari, hidup sebuah ranting yang hanya memiliki satu helai daun, mereka saling mencintai, namun mereka harus dihadapkan pada sebuah realitas pahit, daun yang sudah mulai melayu itu tak punya banyak waktu lagi untuk hidup, keadaannya yang rapuh membuat ranting selalu murung, ranting takut akan hidup tanpa satu satunya daun yang sangat ia cinta.
 
“Aku sangat berharap apapun yang terjadi nanti kita bisa saling menjaga perasaan kita” kata ranting kepada daun
“Iya” Jawab Daun dengan sederhana
“Apa kamu mau berjanji?”
“Bukannya aku tidak mau, tapi aku tak berani berjanji, karena suatu saat nanti aku tau aku akan terlepas dari tubuhmu, aku akan mati, aku tak akan selamanya berada didekatmu, menyejukkanmu ” balas daun itu sedih
“Aku berharap dengan penuh daun, karna sekarang aku hanya memiliki satu daun, hanya kamulah yang menemaniku, aku membutuhkanmu”
“Jikalau kamu memiliki banyak daun, dan aku terlepas darimu oleh usia apa kau akan peduli? Pasti kau tak akan peduli karna kau masih memiliki banyak daun lainnya”
“Bukan, kata siapa?”
“Untuk apa kamu menangisi satu daun yang terlepas jika kamu masih mempunyai daun daun lainnya”
“Jika memang aku memiliki ribuan daun lainnya, aku tak akan peduli, aku lebih memilih memilikimu sehelai, karena hanya kamu yang aku butuhkan sekarang”
Daun itu hanya tersenyum…
“Daun, kamu harus tau bahwa ada sebatang ranting yang selalu ingin didekatmu, melindungimu”
“Ranting lihatlah aku, aku layu, aku tak sehijau dulu”
“Jika kamu layu, aku akan lebih layu, kita bisa mengalahkan segala kemungkinan buruk yang masih bisa teratasi, kamu harus yakin itu”
“Ranting, hidup ini dihadapkan pada realitas yang sudah semestinya kita sadari. Ranting, percayalah akan ada daun daun cantik lainnya yang akan tumbuh di tubuhmu, akan menyangimu lebih dari pada aku menyayangimu”
“Tidak, aku hanya membutuhkanmu, jikalau kau pergi suatu saat nanti, akan ku pastikan aku akan menjadi ranting penuh duka”
“Bukan, bukan ranting yang penuh duka. Tapi ranting paling tegar dan kuat yang pernah aku kenal, kamu masih bisa bertahan tanpaku, ingatlah suatu saat nanti ragaku akan pergi jauh dari hidupmu, tapi cintaku akan tetap tinggal disini bersamamu”
Ranting itu menangis penuh haru, ia sedikit kuat setelah mendengar perkataan daun. Malam pun tiba, ranting itu tertidur dengan pulas, tanpa sepengetahuannya, daun itu terlepas dari tubuhnya dan mati. Keesokan harinya ranting begitu terpukul melihat semua yang telah terjadi, ia hanya bisa memandang sehelai daun yang ia cintai tergeletak tak berdaya. Ranting sadar bahwa semua realitas realitas pahit ini memang sudah di rancang. Tuhan boleh memisahkan raga mereka berdua, tapi rasa cinta mereka tak akan terpisah oleh apapun.
 
Hari tetaplah hari, ia tak akan pernah bisa berhenti ataupun kembali, ia akan terus berjalan menemani sang waktu yang selalu memberi kejutan kejutan tak terduga pada setiap insan, ranting itu mulai tegar kembali, kesepiannya mulai terusap oleh tumbuhnya daun daun cantik lainnya di tubuhnya, tak hanya sehelai, kini berhelai helai yang ia punya. Ranting sadar, ketika Tuhan mengambil satu sosok yang dia cintai dari hidupnya, Ia menggantinya dengan sosok yang lebih baik. Namun, satu yang perlu kita ingat, sosok yang telah pergi itu tak patut untuk dilupakan, sosok itu akan menjadi serpihan serpihan kenangan manis yang akan membawa hidup kita di kemudian hari lebih baik.
Begitu pula dengan rasa ini, ketika suatu saat nanti waktu akan memisahkan kita, kenangan kita tak akan pernah pudar, waktu yang akan mengabadikannya.