Jumat, 07 Desember 2012

Gadis Sendu Menawan


Sunyi, sepi, senyap dan hening serasa melengkapi dinginnya malam yang mencekam gadis sendu menawan itu. Matanya berkaca kaca, kemudian tangannya menjamah sebuah buku harian, kembali ia membaca beratus ratus lembar tulisan dari seseorang yang pernah dengan sengaja ia izinkan untuk menulis kisah mereka berdua. Air mata yang sudah tak bisa dibendung itu pun menetes perlahan. Dengan segala keterbatasannya untuk bisa mengalahkan emosinya, untuk bisa berlogika dan untuk tetap mengulas senyum dengan ikhlas, bukan sekedar berpura pura. Ia mengunci diary itu kembali, menyimpannya rapat rapat dalam sebuah kotak dan membuang kuncinya jauh jauh, ia berjanji tak akan memungut kunci itu lagi. Ia berjanji ia akan kembali membatu, batu yang tak akan pernah lapuk lagi, namun mengkristal kuat melebihi berlian berlian dan permata itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar